Menyusuri Lika-Liku Bisnis Spa
Kami berbincang dengan Mia sekitar 17 menit. Ia tampak anggun dengan kebayanya. Suaranya begitu jelas dan tepat.
Dalam hati, kami mengira ia masih muda. Usianya sekitar 40 tahunan. Tanpa dinyana, di sela perbincangan, ia tiba-tiba meminta kami menebak usianya.
Sepersekian detik, kami kaget. Kami mencoba menebak usianya. “40 tahun,” kata saya. Mia pun tersenyum. Dia bilang, tebakan kami salah. Ia mengakui usianya telah menginjak kepala lima. “Artinya saya lebih muda 15 tahun. Usia saya 55 tahun,” katanya.
Mia menambahkan, dirinya bahkan sudah memiliki cucu. Pula, dia membuka rahasia bagaimana wajahnya bisa awet muda. Terapi spa, jawabannya.
“Jadi itu antara lain, efek-efek perawatan yang teratur dilakukan,” terang Mia.
Mia sedari kecil nyaris tak pernah lepas dari budaya spa. Orangtuanya membiasakan dirinya melakukan pijat, luluran dan sebagainya. Mia menerangkan kegiatan spa banyak manfaatnya. Termasuk dari sisi kesehatan.
Berdasarkan Permenkes 8/2014, pelayananan kesehatan SPA adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan secara holistik dengan memadukan berbagai jenis perawatan kesehatan tradisional dan modern yang menggunakan air beserta pendukung perawatan lainnya berupa pijat penggunaan ramuan, terapi aroma, latihan fisik, terapi warna, terapi musik, dan makanan untuk memberikan efek terapi melalui panca indera guna mencapai keseimbangan antara tubuh, pikiran dan jiwa, sehingga terwujud kondisi kesehatan yang optimal.
Menurut Mia, manfaat spa belum ada spesifik untuk penyakit tertentu. Namun perawatan spa dengan berendam di air mineral, yang bersumber dari kawah gunung atau dari sumber air panas, baik untuk sirkulasi darah.
“Istilahnya vasodilatasi. Kita berendam sekitar 10-15 menit. Pembuluh darahnya melebar, artinya aliran darahnya deras. Tapi perlu diwaspadai bagi orang yang kondisinya ada tekanan darah rendah,” terang Mia.
Dalam perawatan spa, para terapis tidak sembarangan dalam mendampingi pelanggan yang menginginkan perawatan spa. Mereka dibekali kompetensi analisa dasar kondisi pelanggan.
Mereka wajib mengetahui kondisi pelanggan, perawatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan terhadap pelanggan dengan kondisi tertentu, kemampuan komunikasi yang baik, serta memahami keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
Biasanya para terapis terbagi menjadi dua. Pertama terapis junior yang dibekali kemampuan analisa dasar tersebut. Sementara di tingkat senior, terapis mesti mengetahui indikasi penyakit atau cedera di tubuh pelanggan. Sehingga terapis itu memahami perawatan yang tepat untuk pelanggan.
“Jadi terapis spa itu, bukan ecek-ecek. Mereka bukan sekadar mijit. Mereka harus tahu kondisi pelanggan. Yang boleh dan tidak boleh. Itu SOP,” tegas dia
Di samping itu, terapis juga dibekali kemampuan memilih jenis essential oil yang tepat bagi pelanggan. Pasalnya essential oil itu langsung masuk ke sistem limbik di otak yang di antaranya dapat memengaruhi emosi, pernapasan, detak jantung atau meningkatkan gairah bagi pasangan suami-istri.
Mia menambahkan para terapis itu melakukan perawatan dengan hati. Mereka mengalirkan energi positifnya melalui sentuhan kepada para pelanggannya.
“Jadi kalau terapis sakit, kita sarankan tidak bekerja. Karena akan mengalirkan energi yang tidak bagus buat pelanggannya. Kalau lagi kesal, rilis dulu kekesalannya,” ucapnya.
Me Time
Mia menganjurkan masyarakat Indonesia menyadari pentingnya spa bagi kesehatan. Terutama bagi para pekerja yang kerap lupa memanjakan tubuh dan jiwanya.
Ia membandingkan dengan kendaraan. Yang dalam waktu tertentu, selalu ada pemeriksaan rutin. Sementara masyarakat, khususnya pekerja juga memerlukan hal demikian.
“Istilah sekarang me time. Memanjakan diri. Karena spa ini sifatnya preventif dan meningkatkan kualitas kesehatan,” katanya.
Ia menjelaskan kebugaran tubuh dapat dirasakan jika rutin melakukan perawatan spa. Sebab dengan berbagai metode perawatan spa, sirkulasi darah ke seluruh sel tubuh menjadi lancar, pula pencernaaan dan pembuangan juga lancar.
“Efeknya nanti ke arah anti aging (mencegah penuaan pada kulit),” ungkapnya.
Cegah Stigma Buruk
Pembina Yayasan Pariwisata dan Spa Indonesia (YPSI), Annie Savitri mengakui terdapat stigma buruk terhadap terapis bahkan industri spa. Ia menilai stigma itu lantaran kurangnya pengetahuan bahwa spa itu sejatinya sangat bermanfaat bagi kesehatan dan efek dominonya sangat besar.
“Ini kebutuhan masyarakat untuk kesehatan dan pariwisata. Dengan heritage kita yang banyak sekali. Kita menemukan 9-12 daerah yang memiliki perawatan tradisional yang masih terpelihara dan itu bisa kita angkat,” kata Annie kepada Medcom Files di kawasan Senayan, Jakarta Selatan, Senin 9 September 2019.
Annie menjelaskan stigma itu diperparah karena spa biasanya lekat dengan kegiatan hiburan yang sifatnya negatif. Padahal tidak demikian. Pihaknya sekuat tenaga berupaya mereduksi atau mengubah stigma tersebut.
Salah satunya dengan membuat standar usaha di bidang spa. Standar tersebut mencerminkan definisi spa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bahwa kegiatan spa dengan menggunakan terapi air, pijat, herbal, aroma, olah fisik, penyajian makanan dan minuman kesehatan untuk keseimbangan jiwa, raga dan sukma.
Dari definisi itu, mereka mengembangkan menjadi standar usaha. Pada 2006 dan telah direvisi pada 2017, mereka berupaya membuat Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) di bidang spa. Kemudian pada 2014, mereka membuat SKKNI manajerial di bidang spa.
“Harusnya kita tumbuh. Tapi stigma negatif, karena dianggapnya tempat hiburan membuat pertumbuhan industri ini terhambat. Mungkin di Pemda, tahunya (spa ini) hiburan. Kalau dari birokrat saja, mindset-nya bisnis hiburan, akhirnya ke masyarakat juga begitu. Sampai ke yang lain-lain (berbau negatif),” bebernya.
Award SPA 2019
YPSI bersama Kementerian Pariwisata menggelar malam anugerah Spa dan Wellness Tourism Award dan pemilihan duta pariwisata spa pada 9 September lalu yang dihadiri Menko PMK Puan Maharani. Penyelenggaraan perdana ini bagian dari meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa spa itu kegiatan positif dan secara bisnis sangat menjanjikan.
“Kita sebenarnya ingin sejak 4 tahun lalu. Itu butuh keberanian kolaborasi pelaku usaha, asosiasi, lembaga, dan institusi terkait. Tahun ini kita mengumpulkan teman-teman menyukseskan acara ini yang intinya untuk pengembangan industri,” terang Annie.
Menurut Annie, pihaknya tidak sekadar memberikan penghargaan kepada industri spa. Tapi juga kepada SDM yang terlibat di bidang spa. Mulai dari resepsionis, terapis junior, terapis senior, supervisor dan manajer.
Kami tertarik menggali lebih lanjut terkait kategori resepsionis. Annie menjelaskan resepsionis di industri spa, juga patut diberikan penghargaan.
Ia menerangkan petugas resepsionis itu wajib memahami hal teknis di bidang spa. Mereka juga memberikan konsultasi perawatan yang cocok bagi pelanggannya.
Termasuk kemampuan memahami produk yang ada dan memasarkannya kepada pelanggan. Sederhananya mereka tidak hanya menerima pendaftaran pelanggan dan menerima pembayaran saja.
“Pelayanan itu nomor 1 di SPA. SDM jadi aset utama. Kalau SDM tidak berkualitas dan kita tidak berikan apresiasi, mereka tidak akan terangsang tumbuh dengan baik,” tuntasnya.
Sementara itu, Menko PMK Puan Maharani yang hadir dalam malam anugerah tersebut, menilai industri spa dapat meningkatkan perekonomian lokal dan kesejahteraan masyarakat.
Ia juga mengatakan spa sudah menjadi budaya masyarakat Indonesia sejak dulu. Namun ia meminta agar SDM di bidang spa dapat terus dibina dengan baik agar tetap berkualitas, profesional dan senantiasa menjalankan kode etik profesi.