Untuk urusan memanjakan diri, masyarakat di perkotaan saat ini memang memiliki pilihan yang kian banyak. Refreshing dengan berlibur ke luar kota kerap dipilih. Namun, pergi ke luar kota membutuhkan waktu dan biaya tersendiri.Ada pilihan lain yang lebih efisien dan relatif terjangkau untuk sekadar merelaksasi tubuh dan pikiran. Anda bisa pergi ke tempat spa. Dengan merogoh kocek tidak terlalu dalam, Anda berkesempatan menikmati pengalaman memanjakan diri dengan perawatan tubuh lengkap dengan pijatan tradisional dan refleksi. Setelah masyarakat akrab dengan kehadiran salon kecantikan, kedatangan tempat-tempat spa di tengah kita menjadi kelanjutan dari bisnis perawatan dan penyegaran tubuh mutakhir. Berbeda dengan salon yang pelayanannya terbatas pada perawatan rambut atau bagian tubuh lain, di tempat spa, seorang pelanggan bisa menikmati beraneka ragam sensasi memanjakan tubuh, seperti pijat (body massage), scrub, facial, masker seluruh tubuh, sauna, manicure pedicure, sampai refleksi dan totok aura. Mendatangi tempat spa bisa membikin ketagihan karena layanan-layanan memanjakan tubuh lengkap dan privat.
Pasar kian meluas
Kehadiran spa di tengah kebutuhan masyarakat perkotaan yang menghadapi banyak tekanan menjadikan spa bisnis yang subur. Sekitar satu atau dua dekade lalu, keberadaan usaha spa mungkin cuma hitungan jari. Nah, hari ini, semakin banyak saja orang yang tertarik menggeluti bisnis manja-manja tubuh itu.
Ketertarikan orang menggarap bisnis spa bukan hal mengherankan jika melihat potensi keuntungan yang ditawarkan dari bisnis ini. Menilik pengalaman beberapa pelaku bisnis spa, margin alias tingkat keuntungan dari usaha jasa spa bisa mencapai 30% bahkan lebih.
Pengalaman Rumah Sehat Cantik Muslimah, tempat jasa spa yang menyasar wanita muslimah di Jogjakarta, bisa menjadi contoh. “Omzet per hari bisa Rp 2,5 juta atau Rp 75 juta sebulan dengan tingkat margin sekitar Rp 30%,” kata Farida D. Astuti, juru bicara Rumah Sehat Cantik Muslimah.
Dengan margin setinggi itu, siapa, sih, yang tidak bakal tergiur? Terlebih dengan tren gaya hidup pemanjaan diri yang semakin masif seiring meledaknya kelas konsumen baru. Prospek usaha spa boleh dibilang semakin mentereng.
Yang menarik, jika dahulu spa cenderung melekat sebagai kebutuhan kaum hawa, maka kini stempel itu tak lagi bertahan. Pasalnya, spa juga banyak digemari oleh kaum adam, lo.
Maklumlah, stres dan kepenatan sudah pasti tidak mengenal jenis kelamin. Perawatan yang ditawarkan untuk kaum lelaki juga tidak jauh berbeda dengan yang dinikmati para wanita, yakni menyuguhkan beragam treatment untuk merelaksasi tubuh juga pikiran.
Bahkan, saat ini bisnis spa juga menyasar balita. Sebut saja Mom n Jo Spa yang spesial membidik pasar ibu hamil dan balita. Ada pula spa yang benar-benar khusus menyasar kustomer bayi atau anak-anak saja.
Dengan potensi pasar yang terbilang masih luas, tak berlebihan jika bisnis spa masuk dalam daftar bisnis dengan prospek cerah ke depan. Tren gaya hidup berbarengan dengan peningkatan populasi kelas menengah baru, membuat bisnis spa layak dilirik.
Lantas, seperti apa tren spa ke depan nanti? Lourda Budi Dharma, pemilik Gaya Spa, mengungkapkan, spa saat ini bukanlah sekadar aktivitas memanjakan tubuh dengan aneka ramuan. Spa kini kian dekat dengan dunia kesehatan sebagai bagian dari pencegahan maupun pemulihan penyakit alias medical spa.
Itu pula yang ditempuh oleh Gaya Spa dengan menjalin kerjasama dengan dua rumahsakit. Layanan yang diberikan untuk jenis tersebut mereka sebut Gaya Medispa. Fokusnya adalah untuk membantu pemulihan pasien dengan situasi yang lebih rileks dan menyenangkan.
Jika tertarik turut menggarap jasa ini, Anda perlu memperhatikan betul hitungan bisnisnya. Maklum, kendati potensi pasarnya cukup luas, bisnis spa juga membutuhkan modal tak sedikit. Kebutuhan minimal untuk merintis bisnis ini setidaknya adalah tempat usaha, jasa terapis, dan aneka peralatan untuk mendukung layanan spa.
Sambil pikir-pikir, silakan menyimak dahulu saran dan sharing dari para pelaku bisnis spa yang sudah berjalan, berikut ini:
• Matangkan konsep
Tidak berbeda dengan jenis bisnis jasa lain, bisnis spa juga mensyaratkan konsep nan matang sebelum diluncurkan. Jasa spa seperti apa yang hendak Anda jual?
Hal itu penting karena saat ini pemain bisnis relaksasi tubuh itu sudah cukup bejibun. Dus, tanpa diferensiasi konsep, Anda bisa kesulitan meraih perhatian pasar. Strategi diferensiasi inilah yang ditempuh oleh Olivia Antoni, pemilik The Family Spa.
Olivia menyadari bisnis spa sudah lama identik dengan kesenangan kaum wanita. Nah, ketika hendak merintis usaha spa, Olivia memilih untuk menggarap spa dengan pasar lebih umum. “Jadi, konsep spa saya adalah menyasar seluruh anggota keluarga,” kata perempuan yang merintis Family Spa sejak tahun 2009 itu.
Menggarap lapisan pasar yang luas mulai dari bayi hingga kakek-nenek, juga ditempuh oleh Lourda, pemilik Gaya Spa. Sedang Rumah Sehat Cantik Muslimah, memilih konsep spa muslimah. Farida, mewakili pemilik RSCM, mengungkapkan, pilihan konsep itu dilatarbelakangi oleh peningkatan tren pemakai jilbab atau hijab di tanah air.
Konsep yang matang menjadi pondasi utama pembangunan bisnis spa. Pasalnya, konsep akan menentukan target pasar, jenis layanan, hingga dekorasi tempat spa.
• Pilih jalur
Anda yang merasa masih kurang pede jika merintis sendiri dengan mempertaruhkan duit bejibun, silakan menimbang-nimbang beragam tawaran kemitraan atau waralaba spa yang sudah ada saat ini.
Merintis bisnis spa lewat pola kemitraan punya beberapa keuntungan. Anda sudah pasti akan mendapat sokongan dari franchishor, antara lain dari segi konsep, strategi pemasaran, pasokan bahan baku, pelatihan karyawan, dan sebagainya. Sebagai franchisee, Anda juga akan diuntungkan dari segi promosi, terutama jika Anda mengambil waralaba dari bisnis spa yang sudah cukup mapan.
Namun, untuk menikmati itu tentu saja ada harganya berupa beban pembayaran royalty feekepada franchisor. Selain itu, untuk mendapatkan kemitraan, modal yang Anda harus keluarkan juga tidak kecil. Beberapa kemitraan usaha spa yang sudah ada membanderol franchise fee mulai puluhan juta hingga miliaran rupiah.
Sebaliknya, jika Anda bertekad merintis bisnis spa sendiri, tantangannya tentu lebih besar karena Anda harus merintis semuanya benar-benar dari nol, terutama untuk aktivitas promosi, rekrutmen terapis, juga pasokan bahan baku.
• Siapkan modal
Modal usaha bisnis spa termasuk cukup besar. Modal yang harus Anda siapkan antara lain: modal franchise fee jika Anda memilih jalur kemitraan, modal tempat usaha berikut penataan interior, pembelian bahan baku, pembelian peralatan pendukung layanan spa, biaya pelatihan karyawan, hingga biaya promosi, dan sebagainya.
Memanfaatkan kredit modal kerja di perbankan bisa Anda tempuh. Namun, tetaplah cermat berhitung kemampuan arus kas Anda kelak dalam mencicil tagihan kredit.
Agar tidak salah hitung, yang terpenting dari membuka bisnis ini adalah memastikan ada target pasar yang potensial digarap. Maklum, spa termasuk kebutuhan tersier yang kebanyakan dipenuhi oleh kalangan berpenghasilan menengah. Kendati banderol yang Anda tawarkan relatif terjangkau, jika salah menyasar pasar, bisa-bisa jasa spa Anda sepi dari peminat.
• Rekrut karyawan
Bisnis spa sejatinya adalah bisnis jasa kenyamanan. Maka itu, keberadaan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni sebagai terapis menjadi sangat penting. Bagi beberapa pelaku bisnis spa yang sudah makan asam garam, urusan kebutuhan karyawan ini terbilang gampang-gampang susah. “Masalah SDM adalah tantangan terbesar bisnis ini,” ujar Olivia.
Seturut pengalaman Olivia, merekrut tenaga terapis nan terampil lumayan susah. Mencari lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk dididik sebagai terapis tak selalu mulus. “Akhirnya, saya tidak terlalu melihat tingkat pendidikan. Yang terpenting bisa latih hingga punya skill bagus,” jelas dia.
Farida mengamini. Tenaga terapis yang kualitasnya sangat mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen yang datang, kerap susah dicari. Jalan keluarnya adalah melatih SDM sendiri hingga menjadi terapis sesuai standar yang Anda inginkan.
Adapun Lourda mengaku menjalin kerjasama dengan SMK yang memiliki jurusan tata rias dan kecantikan di Jabodetabek dan di kota-kota lain, seperti Pati dan Cirebon. “Setiap kelulusan, ada 10 siswa ranking terbaik yang akan dididik di Essentia Spa Academy selama 1 bulan,” jelas Lourda.
Lulusan SMK itu akan kerja praktek di Gaya Spa dan kelak akan disalurkan menjadi terapis setiap ada pembukaan gerai Gaya Spa baru. Asal tahu saja, akibat peningkatan persaingan bisnis spa, aksi bajak membajak terapis juga banyak terjadi, lo. Maka itu, pastikan strategi Anda mengelola SDM terapis sudah cukup jempolan agar tidak kelabakan menghadapi fenomena bajak membajak terapis.
• Amankan bahan baku
Selain mengandalkan kualitas servis para terapis, jasa spa juga bisa bersaing dari sisi bahan baku pendukung perawatan spa, seperti masker, scrub, hingga pilihan aroma terapi. Jika memakai sistem kemitraan, Anda mungkin bisa sedikit lebih ringan karena mengandalkan pasokan bahan baku dari pewaralaba.
Sebaliknya, jika usaha Anda adalah rintisan pribadi, pastikan pasokan bahan baku selalu tersedia aman dan berkualitas. Gaya Spa termasuk spa yang membuat produk perawatan sendiri di pabrik mereka di Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Produksinya pun sedikit agar barang selalu segar. “Kapasitas mixer kami hanya 50 kilogram, jadi produknya selalu baru,” jelas Lourda.
• Pelanggan adalah raja
Pelanggan mendatangi tempat spa bertujuan menikmati sensasi rileks melalui aneka jenis treatment tubuh dan wajah. Dus, kekuatan bisnis ini ada pada kualitas layanan yang seimbang dengan tarif.
Tak perlu tergoda menawarkan tarif layanan murah meriah dengan mengorbankan kualitas layanan. Jangan pula pelit memberikan diskon harga layanan supaya loyalitas pelanggan spa Anda terjaga. Dengan begitu, bisnis spa Anda bakal terus wangi!