Pelatihan SPA dan Herbal – Indonesia memang terkenal sebagai negara yang kaya rempah. Sejak tahun 1500-an saja, nama Maluku berkibar di kawasan Eropa. Hal inilah yang memicu orang Portugis berbondong-bondong datang ke Asia. Mereka ingin mencari rempah yang kala itu harganya setara dengan emas. Kekayaan itupun hingga kini masih terasa. Pada tahun 2016 saja, Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian, Bambang mengungkapkan, komoditas rempah ternyata menyumbang PDB (produk domestik bruto) sebesar 429 triliun melebihi migas yang hanya 365 triliun. Maka tak heran kalau Indonesia disebut sebagai surga rempah.Sekarang, masih banyak petani yang mampu menafkahi keluarga lewat rempah-rempah. Perusahaan farmasi dan produsen jamu pun turut melibatkan diri mempromosikan khasiat rempah Nusantara. Salah satunya PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, Tbk.
Melalui Pekan Poros Maritim Berbasis Rempah yang digelar di Lawangsewu, Semarang, pada Kamis-Sabtu (16-19/11/2017) lalu, perusahaan yang telah beridir sejak 1951 ini turut menyukseskan acara ini dengan membuka 10 stand yang menampilkan berbagai rempah yang menjadi bahan baku produksi jamu Sido Muncul.
Bahan rempah Sido Muncul yang ditampilkandi antaranya Adas (Foeniculum Vulgare), Jahe, Kayu Ules, dan Mint yang dipakai untuk produksi produk Tolak Angin, Alang-Alang, Temu Hitam, Cabe Jawa, Kencur, Temu Lawak, Kayu Angin, dan lain sebagainya.
Direktur Sido Muncul, Irwan Hidayat mengatakan, keikutsertaannya dalam pameran rempah ini juga untuk menunjukkan bahwa produk Sido Muncul diproduksi dengan standarisasi khusus sesuai GMP.
“Kami ini kompresornya. Bahan bakunya yang dipasok dari petani sebelum diproduksi oleh Sido Muncul juga ada standarisasinya. Kemudian sebelum produk diedarkan, produk akan kami teliti terlebih dahulu dengan bekerja sama dengan para peneliti,” kata Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat saat menghadiri pameran rempah, Kamis (16/11/2017).
“Hasil penelitian kami, Tolak Angin merupakan produk Sido Muncul yang aman dikonsumsi sebagaimana yang dianjurkan selama ini, yaitu sehari 1 kali dan maksimal 9 sachet,” ujar Ipang Djunarko, M.Sc, Apt, peneliti dari Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang sudah menjadi rekanan Sido Muncul selama beberapa tahun.
Irwan memaparkan, berbagai bahan baku tersebut dibeli dari petani lokal yang menjadi petani binaan. Setidaknya ada 120 petani binaan yang produknya dibeli dan diolah menjadi berbagai produk jamu Sido Muncul.
Petani binaan yang telah bekerjasama dengan Sido Muncul ini berasal dari beberapa daerah di antaranya Kabupaten Semarang, Magelang, Karanganyer, dll.
Seorang petani binaan di Kabupaten Semarang Jarkoni mengatakan, sudah menyuplai bahan baku ke Sido Muncul sejak tahun 2012. Agar dibeli Sido Muncul, bahan baku dari Jarkoni harus sesuai standarisasi yang ditetapkan.
“Dalam sebulan, saya mengirim sekitar 10-20 ton berbagai jenis bahan baku yang saya tanam ke Sido Muncul. Alhamdulillah pendapatan saya lumayan karena dibeli dengan harga yang pantas dan sesuai,” ucapnya.
Seiring berjalannya waktu, Sido Muncul akan menambah jumlah petani binaan untuk diajak bekerjasama karena kini masyarakat Indonesia semakin sadar akan manfaat obat-obat herbal.