PERAWATAN spa kian digemari baik dari kalangan wanita ataupun pria. Ini juga yang menyebabkan bisnis spa kian menjamur. Jika ingin menjalankan bisnis ini tidak cukup hanya mengikuti tren terkini. Calon pelaku usaha harus mempelajari kiat berbisnis spa.Mulai dari kualitas perawatan, mekanisne pemasaran, mengelola sumber daya manusia atau karyawan, cara menggaet pelanggan, dan keterampilan si pemilik spa yang perlu terus ditingkatkan.Seperti dilakukan Tan Miauw Kiang owner Martalena Spa. Wanita yang membuka bisnis di rumahnya ini tidak hanya meningkatkan perawatan guna menarik konsumen.Justru dia membuat produk sendiri untuk perawatan spa. Menurutnya ini juga bagian dari strategi untuk, dimana pemilik meningkatkan keterampilan pemiliknya. Cara seperti ini terkesan unik, sebab tidak banyak usaha spa yang menggunakan produk sendiri.
Sebaliknya banyak pengusaha di bisnis yang sama menggunakan produk dari brand-brand ternama. Memang cara-cara itu bisa memikat hati konsumen. Akan tetapi tidak bagi pengusaha yang memiliki modal minim.
Sebab, bagi Tan Miauw Kiang dengan menggunakan produk buatan sendiri lebih hemat dari sisi modal. Kemudian pemilik bisa mengetahui secara kualitas dari produk dan kebutuhan konsumen.
Itu karena produk yang digunakannya berbahan dasar dari rempah-rempah seperti temugiring, kunyit putih, jahe, sirih, kayu secang, kayu cendana, bengkoang. Hasilnya berupa minyak urut, sabun mandi, lotion, shampo, hair spa, minyak wangi, facial wash, garam spam.
Memilih menggunakan produk herbal ini karena terinspirasi produk kecantikan di Pulau Jawa. Dia menilai produk-produk kecantikan yang berbahan baku rempah-rempah tidak kalah saing dengan produk dari luar.
Seharusnya, kata dia, dengan melimpahnya bahan baku Pontianak atau Kalbar memiliki produk industri kecantikan tanpa harus mendatangkan dari luar. Bahkan tidak harus dalam skala besar.
Produk-produk seperti ini juga bisa dibuat dalam skala industri rumah tanggan. Tan Miauw Kiang mengaku sudah menerapkan hal tersebut. Jauh sebelum bisnis spa ini dibangunnya.
“Saya tidak pernah beli seperti shampo atau sabun yang sangat banyak sekali bahan kiminya. Saya justru mengolah sendiri dan menggunakan sendiri. Tapi kemudian ini diaplikas ke bisnis yang saya bangun. Saya bersyukur respon konsumen sangat bagus,” ungkapnya.
Menurut Tan Miauw Kiang dengan produk seperti ini dirinya bisa menyesuaikan apa yang diinginkan konsumen. Misalnya konsumen alergi terhadap pengawet, maka dibuatkanlah produk tanpa pengawet.
Hanya saja dalam penyimpanannya harus berhati-hati karena dipastikan tidak tahan lama. Kemudian jika konsumen tidak suka menggunakan minyak zaitun. Bisa saja menggunakan minyak beras atau minyak bunga.
“Jadi bisa dibuatkan sesuai permintaan dan bernilai ekonomis,” kata Tan Miauw Kiang.
Lantas apakah ini bagian dari strategi menghadapi pebisnis lainnya? Menurut Tan Miauw Kiang setiap usaha memiliki ciri khasnya untuk menarik konsumennya. Soal persaingan dia menganggap adalah hal yang wajar. Apalagi bisnis yang sama dibangun beberapa orang yang berbeda.
Dia menanggap persaingan bisnis yang dibangun itu harus sehat. Yang terpenting ialah sesama pelaku usaha terus bekerja keras dan tidak lupa berdoa. Sebab, Tan Miauw Kiang mempercayai setiap orang sudah memiliki garis rezekinya masing-masing. (mse)