WhatsApp

+62 812-3299-9470

Email

jttcugm.jogja@gmail.com

Jam Buka

Senin - Jum'at: 08.30AM - 04.30PM Sabtu: 08.30 AM - 01.30 PM

Bagi Informasi Ini

060796000_1470558567-spaKehadiran spa menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia, alasan tersebut yang menjadikan spa sebagai media efektif untuk mempromosikan pariwisata di luar negeri. Hal tersebut setidaknya diungkapkan Nurdiansyah, Kepala Sub Bidang Pameran Pariwisata Umum Kawasan Asia Tenggara, saat ditemui Liputan6.com di pameran pariwisata MITM 2016 di Kuala Lumpur, Malaysia, Minggu (7/8/2016).Nurdiansyah mengatakan, tiap pameran ke berbagai negara di Asia Tenggara pihaknya selalu membawa spa sebagai media untuk memperkenalkan kebudayaan dan destinasi wisata Indonesia. Apalagi Indonesia memiliki kekayaan spa tradisional dari berbagai daerahnya.“Spa ini kan bagian dari kebudayaan kita, culture kita, jadi kita memperkenalkan budaya selain juga pariwisata kita. Untuk pasar Chinese mereka itu senang denga masalah-masalah culture kayak gini,” kata Nurdiansyah.

Lebih jauh dirinya mengatakan, spa dan pariwisata memiliki hubungan yang kuat dan saling membutuhkan. Wisatawan butuh relaksasi setelah berwisata, dan spa membutuhkan wisatawan untuk terus berkembang menjadi industri baru yang mampu menunjang perekonomian masyarakat.

Sementara itu, Emma Octavianna salah seorang terapis dari perusahaan kecantikan kepada Liputan6.com mengatakan, prospek spa jika dikaitkan dengan pariwisata sangat bagus. Tiap hotel dan penginapan perlu dibangun spa, karena spa kini sudah menjadi gaya hidup bagi banyak orang, baik laki-laki maupun perempuan.

“Javanese dan Balinese massage itu paling banyak dicari wisatawan mancanegara umumnya. Walau sebenarnya Indonesia punya banyak massage tradisional. Pada dasarnya semua sama, untuk melepaskan otot yang tegang. Perbedaannya hanya pada teknik memijat,” ungkap Emma.

Emma yang sudah berpengalaman belasan tahun di dunia masas mengharapkan, pemerintah membuat aturan yang jelas mengenai massage, mengingat kini banyak spa bermunculan dengan terapis abal-abal yang tidak bersertifikat.

“Yang saya harapkan cuma satu citra spa dan masas itu tidak lagi negatif di masyarakat,” ungkap Emma.

Artikel yang Disarankan

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *